Kamis, 18 Juni 2015

Mengamati fenomena alam “Halo Matahari” atau disebut juga “Cincin Matahari”



Fenomena "Halo Matahari"


Hallo Matahari di Yogyakarta
Pekerja membersihkan tali seling yang digunakan sebagai wahana permainan flying fox yang bersamaan dengan munculnya fenomena alam halo matahari di atas Alun-alun Utara Yogyakarta, Selasa (4/1/2011). 
Fenomena alam yang bisa terjadi sewaktu-waktu tersebut terjadi karena kelembaban tinggi di sekitar atmosfer hingga mengakibatkan efek cahaya matahari terpantul melalui prisma air di awan dan membentuk lingkaran pelangi.Fenomena cincin pelangi matahari muncul selama sekitar dua jam di langit Yogyakarta. 

Fenomena alam unik ini terjadi karena pembelokan cahaya matahari oleh partikel uap air di atmosfer.
Kepala Laboratorium Hidrometeorologi Fakultas Geografi UGM Sudibyakto mengatakan, kejadian alam yang unik ini merupakan fenomena atmosferik yang biasanya terjadi pada musim hujan. "Pada fenomena ini, cahaya matahari dipantulkan oleh uap air yang naik di atmosfer. Cahaya dipancarkan sehingga terlihat sebagai cincin pelangi," tuturnya.
Selama musim hujan banyak uap air naik ke atmosfer hingga mencapai lapisan troposfer dengan ketinggian lebih kurang 10 40 kilometer (Km). Akibatnya, terjadilah suhu yang sangat dingin di lapisan troposfer, yaitu sekitar minus 30-40 derajat Celsius. Pada saat inilah, uap air di lapisan troposfer ters ebut berfungsi sebagai kaca yang dapat memantulkan cahaya matahari.
Bulan Januari ini Pulau Jawa memang sudah memasuki puncak musim hujan. Curah hujan turun dengan intensitas antara tinggi hingga sangat tinggi. Curah hujan pun terjadi hampir setiap hari dengan waktu cukup lama.
"Jadi, fenomena tersebut sama persis dengan fenomena terbentuknya pelangi, hanya saja kalau pelangi biasanya terjadi pagi atau sore hari, di mana sudut matahari terhadap bumi masih relatif rendah. Sedangkan Cincin Halo itu pada siang hari," ucap Sudibyakto.
Menurut Guru Besar Geografi UGM tersebut, fenomena ini sering disebut sebagai cincin pelangi karena lapisan warnanya mirip pelangi. Hanya saja, warna tersebut tidak selengkap warna pada pelangi. Istilah lain dari cincin disebut halo yang berasal dari bahasa Yunani Kuno artinya lingkaran bulan.
Warna cincin pelangi matahari tak selengkap pelangi ini perbedaan sudutnya. Cincin matahari biasanya terjadi pada siang hari atau saat posisi matahari berada tepat di atas bumi. Sudut yang tegak lurus membuat warna yang terbiaskan tidak selengkap pada pelangi di sore hari yang terjadi dengan sudut tertentu.
Pada lingkaran yang terlihat di Yogyakarta, Selasa (4/1/2010), warna-warna yang terlihat dari lapisan terdalam ke lapisan terluar berturut-turut adalah merah, jingga, kuning, dan hijau.
Pemerhati budaya Yogyakarta Heri Dendi mengatakan, dalam bahasa Jawa, fenomena cincin matahari ini dikenal dengan nama kluwung. "Fenomena ini pernah saya lihat di waktu-waktu dulu, tapi memang jarang,katanya.

Bagaimana Fenomena Pelangi Mengelilingi Matahari ini bisa Terjadi.??
Fenomena alam Halo Matahari yaitu penampakan seperti terlihat cincin raksasa yang mengelilingi matahari. Terlihat pelangi cincin mengitari matahari. Halo matahari sendiri disebabkan karena adanya pembiasan cahaya matahari oleh kristal-kristal es yang terdapat di awan, dan pembiasan cahaya matahari inilah yang kemudian menjadi pelangi di sekeliling matahari yang tampak oleh mata manusia, dan kemudian disebut dengan halo matahari
Halo juga kadang-kadang dapat muncul di dekat permukaan bumi, ketika ada kristal es yang disebut debu berlian. Kejadian ini dapat terjadi pada cuaca yang sangat dingin, ketika kristal es terbentuk di dekat permukaan dan memantulkan cahaya.
Fenomena tersebut terjadi akibat refleksi dan refraksi cahaya matahari/bulan oleh kristal-kristal es yang terdapat di awan cirrus, awan yang terletak di tingkatan atmosfer yang disebut troposfer, sekitar 5-10 km dari permukaan bumi.
Hallo Matahari di Padang  

       Pada  tahun 2010 di kota padang juga mengalami fenomena tersebut yang mengakibatkan terjadinya gempa.  Apa yang dikhawatirkan masyarakat kota Padang saat muncul fenomena alam Halo Matahri, kini menjadi kenyaan. Semula beredar isu akan terjadi gempa berkekuatan 8,2 SR. Namun isyarat alam itu langsung ditanggapi ulama Sumatra Barat, Buya Mas`oed Abidin yang meminta pada masyarakat setempat agar tidak menghubung-hubungkan fenomena matahari yang dilingkari pelangi di langit di Kota Padang, pada Kamis (21/10/10) siang dengan gempa. "Sebab tidak ada aturan dan informasi yang shahih bahwa sebelum gempa besar terjadi lebih dahulu matahari akan dilingkari pelangi. Karena itu jangan menjadi orang yang tergantung kepada mistik," kata Buya Mas`oed Abidin di Padang, Kamis.
            Ia mengatakan itu terkait, adanya isu yang melanda masyarakat Sumatra Barat, bahwa daerah itu akan diguncang gempa berkekuatan 8,9 SR.
Masyarakat terpengaruh terhadap isu tersebut hingga makin khawatir terkait munculnya pula fenomena alam berupa matahari yang terbit siang di daerah itu di lingkari oleh pelangi.
Pengaruh atas isu dan fenomena alam tersebut cukup besar hingga pedagang di sejumlah pasar satelit di Kota Padang pun sepi berjualan, karena mereka lebih memilih diam di rumah untuk mewaspadai gempa.
            Menurut Buya, tiadak ada hubungannya pelangi melingkari matahari akan terjadi gempa besar di Sumbar. Padahal pelangi yang melingkari matahari Kamis siang, lebih karena awan yang mengadung air atau embun disenter oleh cahaya matahari, hingga menimbulkan lingkaran pelangi tersebut. "Ini semata karena perubahan cuaca yang ekstrim di atas segalanya itu sebenarnya adalah tanda kuasa Allah SWT," katanya yang semestinya kita bertasbih dengan fenomena kekuasaan Allah tersebut. 
            Ia mengatakan, sebenarnya masalah gempa sudah diberitahu oleh Allah SWT dalam Al Quran sejak 1400 tahun lalu yakni "iza zulzilatil ardu zilzalaha, bahwa gempa besar akan terjadi pada hari kiamat.
Maka kenapa kita terlalu mengkaitkan dengan fenomena matahari itu. Jadi jangan menjadi orang yang tergantung kepada mistik, tetapi dekatkanlah diri dengan Allah SWT dan taatlah beragama, katanya.
         Sementara, fenomena matahari ini tidak dapat dilihat oleh warga di Padang Panjang dan Sawahlunto yang masih merupakan wilayah di Sumatera Barat.

           "Cahaya matahari di Padangpanjang biasa-biasa saja siang ini, tapi di Padang terlihat lingkaran bulat besar mengelilingi matahari. Beberapa kawan telepon, berspekulasi tentang tanda-tanda gempa dan tsunami. Ah, saya kira warga kita sangat trauma dengan info-info yang tidak jelas," papar Muhammad Subhan pengguna facebook asal Padangpanjang, sekitar 50 kilometer dari kota Padang.

         "Saya tidak melihat ada cincin matahari, yang ada hanya cahaya yang silau," ungkap Reza Desita dari Sawahlunto saat ditanya melalui fasilitas "chatting".
Kepala Seksi Informasi dan Observasi BKG Padang, Syafrizal, mengatakan fenomena halo matahari itu merupakan hal biasa dan tidak ada kaitannya dengan kemungkinan terjadinya gempa. "Masyarakat diharap memahami hal itu, karena halo matahari merupakan fenomena alam yang tentu saja harus dijelaskan dengan sains," tambahnya.
Keterkaitan Fenomena Halo Matahari dengan Sistem Informasi

           JAMBI--Fenomena alam halo matahari yang muncul di langit di atas Kota Padang pada Kamis (21/10) yang diinformasikan akan terjadi gempa dan tsunami merupakan informasi yang menyesatkan. Kepala BMKG Provinsi Jambi, Remus L Tobing di Jambi, Jumat (22/1)) mengatakan, informasi yang menyatakan kemunculan halo matahari menandakan akan adanya gempa tidak saja membuat resah masyarakat Kota Padang, namun juga warga Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

         "Informasi itu membuat panik warga Kota Padang dan Kabupaten Kerinci, yang merupakan daerah patahan rawan gempa di Provinsi Jambi," katanya.

          Ia menyebutkan, bila terjadi gempa di Kerinci, masyarakat Kota Padang dan Bengkulu pasti akan merasakan, dan sebaliknya, karena tiga daerah tersebut merupakan daerah patahan rawan gempa.
 Menyikapi halo matahari itu, Remus L Tobing mengatakan, sama sekali tidak ada kaitannya dengan akan terjadinya gempa, sehingga tidak perlu ditakutkan.

          Ia menjelaskan, timbulnya pelangi dan halo itu adalah akibat melekul air yang mengembang atau berserakan di udara mengahalangi bias sinar matahari. Halo matahari yang berada di udara tidak ada kaitan sama sekali dengan pergerakan yang terjadi di perut bumi, seperti gempa, dan sunami.

          Gempa hanya bisa dideteksi bila sudah terjadi lewat alat, dan tsunami bisa diketahui bila terjadi penyusutan air laut atau keringnya sungai. "Untuk itu masyarakat, terutama yang berda di Kabupaten Kerinci diminta untuk tidak percaya pada informasi tersebut, dan tetap tenang menjalankan aktivitas kesehariannya," kata Remus l Tobing.





Referensi
http://jekastro.blogspot.com/2011/01/cincin-matahari-akibat-pembelokan-sinar.html
http://alchemistviolet.blogspot.com/2011/01/fenomena-halo-cincin-pelangi-matahari.html
http://www.koranpagionline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=785:fenomena-halo-matahari-buktikan-gempa-di-sumbar&catid=84:budaya&Itemid=461
http://fikmubarok.wordpress.com/2011/01/31/benarkah-fenomena-yogyakarta-itu/ 

Halo Matahari Yogyakarta 04 Januari 2011